Sebagai salah satu karakter game tema aksi ciptaan SEGA, Sonic the Hedgehog telah menjadi legenda sepanjang masa yang masih eksis selama tiga dekade. Tak terhitung ada sekian banyak serial komik spin-off, animasi, hingga bermacam merchandise laku keras di pasaran mancanegara, termasuk salah satunya adalah negara kita tercinta yaitu Republik Indonesia.
Sesuai dengan namanya, Sonic merupakan seekor landak bertubuh biru dan berdiri dengan dua kaki seperti manusia atau biasanya disebut karakter humanoid. Ia memiliki kemampuan spesial yaitu berlari dengan kecepatan supersonik dan menggulingkan tubuhnya layaknya bola sepak. Di dalam permainan, Sonic melakukan gerakan berguling tersebut untuk menghabisi musuh yang menghalangi jalannya.
Tujuan utama permainan Sonic adalah berpacu dengan waktu yang dibatasi, sembari mengumpulkan skor dalam bentuk cincin yang akan menambah kemampuannya bergantung dengan jumlah yang berhasil player kumpulkan.
Landak nyentrik ini merupakan buah hasil pemikiran kreatif dari programmer asal Jepang bernama Yuji Naka yang berkolaborasi dengan seniman Naoto Ohshima. Tepat pada 1991, Sonic the Hedgehog meluncur ke pasar game dunia yang sengaja dirilis oleh SEGA untuk menyaingi kepopuleran karakter Mario buatan Nintendo.
Sonic the Hedgehog Masih Eksis Hingga Sekarang
Salah satu alasan mengapa Sonic the Hedgehog masih eksis hingga sekarang adalah inisiatif team kreator yang terus melakukan peremajaan terhadap karakter fenomenal ini. Mereka berusaha menarik antusiasme masyarakat yang berusia dewasa sehingga memiliki pasar yang jauh lebih luas ketimbang sekedar membuat game ala kadarnya.
Serial game yang dibintangi oleh Sonic seringkali meledak di https://www.desawisatatukak.com/ pasaran, tercatat ia telah menyumbang lebih dari 80 juta keping CD maupun DVD hingga 2011 silam. Menariknya, SEGA sempat ragu akan pemilihan tokoh landak karena dirasa kurang familiar, bahkan sempat terpikirkan untuk memilih hewan kelinci atau anjing yang lebih mudah diterima masyarakat secara mayoritas.
Namun, di sinilah kita dapat melihat betapa bijaknya team riset SEGA yang tidak ingin berpikiran sempit dan mempertimbangkan setiap kritik dan saran yang ditujukan kepada perusahaan mereka. Salah satu kasus yang paling fenomenal adalah beberapa tahun lalu ketika Sonic akan diangkat ke layar lebar dengan format live action.
Pada saat trailer dirilis, film adaptasi game Sonic tersebut langsung menuai kecaman karena penampilan 3D karakter Sonic dianggap creepy dan tidak akurat. Menanggapi hal tersebut, SEGA betul-betul merombak total sisi grafis landak imut nan menggemaskan ini sehingga akhirnya film ini pun disambut antusias dan sukses di pasar internasional.